Text
Heboh Papua : perang rahasia, trauma dan separatisme
Sesungguhnya tidak ada yang baru dalam landscape Hak Asasi Manusia (HAM) dan sosial-politik di Papua. Karena tidak ada yang baru, maka keadaan HAM dan sosial-politik di Papua selalu menarik perhatian banyak kalangan. Buku ini adalah sebagian kecil dari upaya untuk memperhatikan sistuasi HAM dan kondisi sosial-politik di Papua.
Sejak 40 tahun yang lalu masalah dasar di Papua sama, yaitu seputar kemiskinan, ketidakadilan dan trauma akbibat tindakan kekerasan. Semua itu terjadi di Papua karena pemerintah dan tokoh-tokoh Papua disandera oleh sengketa—yang dalam literatur politik disebut gerakan separatisme.
Dalam kurungan sengketa separatisme itu, sikap untuk saling percaya antara unsur pemerintah pusat dengan masyarakat di Papua tidak pernah bisa ditumbuh dengan subur. Sikap saling percaya yang tidak kunjung tumbuh membuat kita harus sungguh-sungguh memperhatikan Papua saat ini. Dapat dikatakan dalam ketiadaan saling percaya itu, Indonesia di Papua menjadi "pucat pasi" dan kebingungan. Akibatnya apa pun yang berbau Indonesia di tanah Papua menjadi serba canggung, kikuk dan penuh curiga. Maka, semua inisiatif yang datang dari Papua selalu mengundang sak wasangka dari Indonesia.
Kecanggungan dan kekikukan serta sak wasangka yang menjalar selama 40 tahun itu kemudian menjadi bencana, karena ia menyodok ulu hati ketika orang-orang di Papua tiada henti mengibarkan benderanya sebagai tanda protes. Ketegangan tercipta dan terpelihara, bahkan sampai mematikan rasio yang berbuah kekerasan.
Tidak tersedia versi lain