Text
Regenerasi gerakan radikal dan terorisme : dalam masyarakat yang makin terbuka
Serangan dan aksi teror, sejak 9-11- 2001, atas obyek berbau Barat, merupakan ancaman kemanusiaan universal. Berbagai hasil studi, mengundang perdebatan, namun regenerasi gagasan radikal belum banyak dikaji. Bagaimana faktor eksternal (alienasi, diperlukan tidak adil, kesenjangan sosial), memicu berfungsinya faktor internal aj aran yang baku?
Gaya hidup generasi muda Muslim tampil yang identik dengan simbol radikalisme adalah salah satu respon realitas kehidupan yang dipandang menyimpang dari ajaran Islam yang diterima di bangku sekolah. Sementara, beberapa dosen perguruan tinggi islam terkemuka di berbagai daerah mengeluh maraknya gejala serupa di antara mahasiswa dan dosen muda di kampusnya.
Buku ini mencoba menelusuri akar yang bisa menjelaskan bagaimana gagasan radikal itu terpelihara lestari dalam kehidupan generasi muda JMuslim. Selama ini aksi radikal dan teror sering dihubungkan dengan kebijakan politik yang memicu kekerasan. Studi Bilveer Sii|gh baru-baru ini mencatat mengenai penganiayaan dan radikalisasillalam kasus Rohingya, baik disp«sori negara atau non-negara. Patltdipertanyakan mengenai bagaimana iabekerja. Salah satu tawafcri buku ini ialah dibukanya ruang re-interpretasi penafsiran kitab suci sebagai variabel dominan. Ketika tidak tersedia ruang reinterpretasi, aksi-aksi radikal menjadi terbuka dipicu kesenjangan sosial, penindasan, diperlakukan tidak adil, meminjam istilah Louise Richardson, sebagai 'koktail mematikan'. Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS) atau ISIS [Islamic State of Iraq & Al-Sham), dan berbagai aksi teror atas nama Tuhan, menarik disimak dalam membaca regenerasi gerakan radikal atas nama Tuhan.
Tidak tersedia versi lain