Text
Konflik dan integrasi politik Gerakan Aceh Merdeka : Kajian tentang konsensus normatif antara RI - GAM dalam Perundingan Helsinki
Studi-studi integrasi poiitik di Indonesia bukanlah hal yang bam, namun studi-studi itu hanya mengupas masalah integrasi nasional secara lebih umum pada
masa Orde Lama (Orla) dan Orde Bam (Orba).
Masalah separatisme Aceh adalah persoalan yang paling aktual sepanjang masa transisi di Indonesia. Begitu banyak korban nyawa yang terenggut selama terjadinya konflik Aceh, dan menyisakan begitu banyak duka dan derita di kedua belah pihak yang bertikai selama konflik berkepanjangan itu. Hal ini
mungkin akan menjadi cerita getir yang sulit dilupakan.
Persoalan integrasi poiitik GAM ke dalam Republik Indonesia merupakan
persoalan yang mendasar yang terjadi dari waktu ke waktu, khususnya sejak
kemunculan GAM pada 1976 yang dianggap sebagai penghambat bagi
proses integrasi poiitik Aceh ke dalam Republik Indonesia. Dalam melihat
konflik Aceh ini terdapattiga pendekatan. Pertama, yang terjadi diAceh
adalah persoalan konflik poiitik; kedua, fenomena Aceh adalah fenomena
konflik antara pusat dan daerah; ketiga, konflik Aceh adalah masalah
separatisme (pemberontakan) yang di dalamnya juga mencakup masalah
integrasi dan disintegrasi poiitik.
Buku ini mencoba menganalisis keberhasilan RI-GAM dalam mencapai konsensus (kesepakatan) normatif—yang tertuang dalam MoLJ Helsinki pada
15 Agustus 2005—sebagai pijakan untuk mengakhiri separatisme di Aceh
dalam perspektif resolusi konflik dan integrasi poiitik. Sebuah proses awal dari
proses yang panjang untuk menciptakan integrasi poiitik yang diidam-idamkan sehingga tercipta keamanan bagi masyarakat Aceh secara langgeng.
Tidak tersedia versi lain