Text
Takhta untuk rakyat : celah-celah kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX
Al heb ik een uitgesproken Westerse opvoeding gehad, toch ben en blijf ik en de allereerste plaats Javaan. Zo zal de adat, zo dese niet remmend werkt op de onwikkeling, een voorname plaatz blijven innemen in de traditierijke Keraton demikian dikatakan Sultan Hamengku Buwono IX dalam pidato penobatannya, pada tanggal 1 Maret 1940.
Sebuah pidato santun tetapi sangat dahsyat maknanya. Menunjukkan jati diri pribadi dan sekaligus sikap Keraton, yang selalu mengilhami seluruh warga masya-rakat Yogyakarta ketika mereka harus menghadapi perubahan zaman. Meski saya telah mengikuti pendidikan Barat, tetapi saya tetap orang Jawa. Sepanjang tidak menghambat kemajuan, maka adat akan selalu menduduki tempat utama dalam Keraton yang mewarisi tradisi tersebut.
Buku ini tidak hanya mengisahkan seluruh perjalanan kehidupan Sultan Yogya IX, sejak dilahirkan di Keraton, berjuang pada zaman kolonial Belanda, masa pendu-dukan Jepang, perang kemerdekaan, Orde Lama, Orde Baru sampai kemudian dimakamkan di perbukitan Imogiri, p
Tidak tersedia versi lain